Tragedi Berdarah di Puri Anggrek: Suami Habisi Nyawa Istri Demi Selingkuhan

Tragedi Berdarah di Puri Anggrek: Suami Habisi Nyawa Istri Demi Selingkuhan – Peristiwa menggemparkan terjadi di kawasan perumahan Puri Anggrek, Kota Serang, Provinsi Banten. Seorang pria bernama Wadison Pasaribu (37) tega menghabisi nyawa istrinya sendiri, Petry Sihombing (35), demi membuka jalan untuk menikahi wanita selingkuhannya. Kasus ini tidak hanya menyita perhatian publik, tetapi juga menjadi sorotan tajam media nasional karena skenario slot server thailand pembunuhan yang dirancang sedemikian rupa agar tampak seperti aksi perampokan.

Awal Mula Tragedi: Rumah Tangga yang Retak

Kehidupan rumah tangga Wadison dan Petry awalnya tampak harmonis di mata tetangga. Namun, di balik dinding rumah mereka, konflik mulai muncul sejak tahun 2023 ketika Wadison diketahui menjalin hubungan gelap dengan wanita lain. Perselingkuhan ini menjadi pemicu utama keretakan rumah tangga mereka.

Menurut keterangan pihak kepolisian, Petry sempat mencurigai perubahan sikap suaminya. Kecurigaan itu akhirnya terbukti ketika ia memergoki komunikasi intens antara Wadison dan wanita lain. Sejak saat itu, pertengkaran kerap terjadi di antara keduanya, hingga akhirnya berujung pada tragedi berdarah.

Rencana Keji: Skenario Perampokan Palsu

Pada Minggu pagi, 1 Juni 2025, warga Puri Anggrek dikejutkan oleh kabar pembunuhan di salah satu sweet bonanza slot rumah di kawasan tersebut. Petry ditemukan tewas di dalam kamar dengan kondisi tangan terikat dan leher terlilit tali. Sementara itu, Wadison ditemukan dalam keadaan pingsan, terikat di dalam karung di dapur rumah mereka.

Awalnya, kejadian ini diduga sebagai perampokan yang berujung pembunuhan. Namun, penyelidikan intensif dari Polresta Serang Kota mengungkap fakta mengejutkan: skenario perampokan itu hanyalah rekayasa Wadison untuk mengelabui pihak berwajib dan masyarakat sekitar.

Kapolresta Serang Kota, Kombes Pol Yudha Satria, menyatakan bahwa pelaku telah merencanakan pembunuhan ini dengan matang. Ia bahkan menyuruh anaknya yang masih berusia 7 tahun untuk keluar rumah dan meminta tolong ke tetangga, seolah-olah mereka menjadi korban perampokan.

Kronologi Pembunuhan: Dari Cekcok hingga Tewasnya Sang Istri

Berdasarkan hasil penyelidikan, malam sebelum kejadian, Wadison dan Petry terlibat cekcok hebat. Emosi yang memuncak membuat Wadison kehilangan kendali. Ia kemudian melilit leher istrinya dengan tali hingga korban kehabisan napas dan meninggal dunia.

Setelah memastikan istrinya tak bernyawa, Wadison menyusun skenario palsu. Ia mengikat dirinya sendiri, memasukkan tubuhnya ke dalam karung, dan berpura-pura menjadi korban perampokan. Ia berharap dengan cara ini, kematian istrinya akan dianggap sebagai akibat dari aksi kriminal eksternal.

Namun, rencana tersebut gagal total. Keterangan dari anak korban yang polos justru menjadi kunci utama terbongkarnya kebohongan Wadison. Anak tersebut mengaku kepada polisi bahwa ayahnya sendiri yang menyuruhnya keluar rumah untuk meminta pertolongan.

Motif Pembunuhan: Demi Menikahi Selingkuhan

Motif utama dari pembunuhan ini adalah keinginan Wadison untuk menikahi wanita selingkuhannya. Ia merasa terhalang oleh keberadaan istrinya dan memilih jalan pintas yang keji untuk mewujudkan ambisinya. Hubungan gelap yang telah berlangsung sejak 2023 itu menjadi alasan kuat di balik tindakan brutalnya.

Pihak kepolisian juga mengungkap bahwa Wadison telah merencanakan pernikahan dengan selingkuhannya dalam waktu dekat. Hal ini memperkuat dugaan bahwa pembunuhan tersebut dilakukan dengan motif personal yang sangat kuat.

Reaksi Keluarga dan Masyarakat

Keluarga besar korban sangat terpukul dengan kejadian ini. Mereka tidak menyangka bahwa Wadison, yang selama ini dikenal sebagai suami dan ayah yang baik, mampu melakukan tindakan sekejam itu. Kecurigaan mulai muncul ketika mereka melihat adanya kejanggalan dalam kronologi kejadian yang disampaikan oleh pelaku.

Masyarakat sekitar pun merasa terkejut dan marah. Banyak yang tidak percaya bahwa tragedi semacam ini bisa terjadi di lingkungan mereka yang selama ini dikenal aman dan damai. Beberapa warga bahkan mengaku trauma dan merasa was-was terhadap kondisi keamanan di sekitar mereka.

Proses Hukum dan Tuntutan Keadilan

Setelah fakta-fakta terungkap, Wadison resmi ditetapkan sebagai tersangka dan ditahan oleh pihak kepolisian. Ia dijerat dengan pasal pembunuhan berencana yang ancaman hukumannya maksimal hukuman mati atau penjara seumur hidup.

Kapolresta Serang Kota menegaskan bahwa proses hukum akan dilakukan secara transparan dan adil. Pihak kepolisian juga berjanji akan memberikan perlindungan kepada anak korban yang kini menjadi yatim piatu akibat perbuatan ayahnya sendiri.

Dampak Psikologis terhadap Anak Korban

Salah satu aspek paling menyedihkan dari kasus ini adalah dampaknya terhadap anak korban. Anak yang masih berusia 7 tahun itu tidak hanya kehilangan ibunya secara tragis, tetapi juga harus menerima kenyataan bahwa ayahnya adalah pelaku pembunuhan tersebut.

Psikolog anak menyarankan agar anak tersebut mendapatkan pendampingan psikologis intensif untuk mengatasi trauma yang dialaminya. Pemerintah daerah dan lembaga perlindungan anak diharapkan turun tangan untuk memastikan masa depan anak tersebut tetap terjaga.

Kesimpulan: Tragedi yang Menjadi Pelajaran Berharga

Kasus pembunuhan di Puri Anggrek ini menjadi pengingat bahwa konflik rumah tangga yang tidak diselesaikan dengan baik dapat berujung pada tragedi. Perselingkuhan, kebohongan, dan emosi yang tidak terkendali menjadi kombinasi berbahaya yang bisa menghancurkan kehidupan banyak orang.

Masyarakat diimbau untuk lebih peka terhadap tanda-tanda kekerasan dalam rumah tangga dan tidak ragu melaporkan jika melihat atau mendengar hal mencurigakan. Sementara itu, aparat penegak hukum diharapkan terus meningkatkan upaya preventif dan edukatif agar kasus serupa tidak terulang di masa depan.